Orang Yang Tidak Pernah Berdusta

Disebutkan Ibnu Hibban rahimahullah, dikatakan Mansyur; bahwa Aku mengingat Rib’i, dia dari qabilah suku Asyja’i dan kaumnya menyanjungnya, dikatakan bahwa Rib’i tidak pernah berdusta sama sekali, karena keshalehannya beliau selalu jujur.

Hingga ada seseorang yang mungkin karena kebenciannya entah karena apa, memusuhi atau membenci kepada Rib’i Ibnu Hirasy sehingga dia menyiapkan laporan kepada Hajjaz bin Yusuf yang diketahui kejam dan bengis.

Orang yang jahat ini menyampaikan kepada Hajjaj bahwa ada orang dari Asyja’i yakni Rib’i yang kaumnya memujinya bahwa orang ini tidak pernah berdusta, tapi hari ini dia akan berdusta kepadamu karena terkait anaknya.

Kisahnya yakni Hajjaj mengutus atau memerintahkan dua anaknya Rib’i kesuatu daerah atau negri, mungkin Walloohu A’lam kalau sekarang seperti wajib militer dikirim untuk berperang, dan dua anaknya Rib’i menolak dan menghindar, dan hukum Hajjaj biasanya kalau ketahuan perintahnya tidak dilaksanakan maka hukumannya adalah hukuman mati dipenggal kepalanya.

Orang yang jahat ini menyampaikan kepada Hajjaj dan mengatakan bahwa dua anaknya ada dirumah, maka tanya Rib’i dia akan berdusta kepadamu demi melindungi anaknya.

Maka dipanggil oleh Hajjaj dan ditemui, “Apakah benar kamu Rib’i?” kata Rib’i: “Iya”. Dan didapati Hajjaj orangnya sudah sangat tua dan bungkuk .

Kata Hajjaj; “Dimana kedua anakmu?” Rib’i dengan jujur menjawab; “Dua anakku ada dirumah”.

Dugaan orang tadi yang ingin merusak, menginginkan fitnah dan kejelekan akan berdusta Rib’i dan tentunya Rib’i pun akan dipenggal karena menyembunyikan anaknya.

Tapi setelah mendengar jawaban ini Hajjaj mengetahui bahwa orang ini berkata jujur dan dia tahu ini resiko besar menjawab dengan Jujur. Hajjaj bisa menangkap dan mengutus pasukan untuk membunuh anaknya.

Tapi dari kejujurannya ini Hajjaj berubah menjadi kagum kepada Rib’i, maka diberi pakaian yang bagus dan diberi kebaikan-kebaikan dan diwasiatkan oleh Hajjaj agar setiap bulannya keluarga Rib’i diberi dan diperhatikan kebutuhan-kebutuhannya.

Karena kejujurannya Allah Ta’ala selamatkan Rib’i, bahkan dari Hajjaj sekalipun.

Ada hal yang menarik tentang kisah Rib’i bin Hirasy di akhir hayatnya, Kata Ali Ibnul Madini rahimahullah, keluarga Ibnu Hirasy semuanya ada tiga dan semuanya adalah orang-orang shaleh, yakni Rib’i Ibnu Hirasy, Rabi’ Ibnu Hirasy dan Mas’ud Ibnu Hirasy.

Rabi’ Ibnu Hirasy disebutkan dalam biografinya tidak ingin tertawa terbahak-bahak dalam keadaan dia tidak tahu akan diampuni atau akan dimurkai oleh Allah Ta’ala dan tidak tahu dimana tempat kembalinya diakheratnya nanti, maka disebutkan betul-betul tidak pernah didapati Rabi’ Ibnu Hirasy tertawa sampai meninggalnya. Dan saat meninggal didapati beliau dalam keadaan tersenyum.

Rib’i Ibnu Hirasy juga demikian, berjanji tidak akan tertawa terbahak-bahak sampai dia tahu tempat kembalinya di surga ataukah di neraka. Maka kami dapati Rib’i Ibnu Hirasy tidak pernah tertawa sampai meninggalnya. Kata yang memandikannya, kami dapati jenazahnya Rib’i Ibnu Hirasy dalam keadaan tersenyum sampai kami selesai memandikannya. Wallahu A’lam mungkin ada kabar gembira yang disampaikan kepadanya sebelum beliau meninggal hingga didapati beliau tersenyum ketika meninggalnya.

Saudaranya yakni Mas’ud Ibnu Hirasy disebutkan termasuk orang yang berbicara setelah kematiannya. Dikatakan oleh Rib’i Ibnu Hirasy; saat jenazahnya telah selesai kami mandikan dan dikafani maka duduklah jenazahnya Mas’ud ini dan berbicara, sempat mengatakan bahwa “Aku tidak lama, Muhammad dan para Shahabatnya sudah menungguku dan tidak seperti yang kalian kira; Rahmat dan Ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala begitu besar” hanya sepatah kata itu kemudian jenazahnya jatuh kembali…

Dan ketiga saudara ini adalah orang-orang yang Sholeh.

Kisah ini diambil secara makna dari kajian Raudhatul Uqala Wa Nuzhatul Fudhala yang dijelaskan Gurunda Ustadz Usamah Mahri
hafizhohulloh.

Ditulis oleh AA. mantan penulis Majalah Konsultasi Kita.

Repost 

Hatimu akan selalu gelisah bila
diisi dengan kebohongan
Di balik canda tawaku, masih banyak
beban pikiran yang aku pendam.